Pages

Like Box

Follow Twitter

Chat Me

Minggu, 29 April 2012

Di Mimpi Ku Ada Dia (part 1)

Tiba tiba ku terbangun dalam tidurku, masih karna mimpi yang sama. ku mencoba kembali tidur tapi raga ini tak menerimanya, aku pun termenung kenapa mimpi ku selalu sama... paginya aku berangkat ke sekolah dengan mata merah karna kurang tidur, aku berangkat dengan perlahan-lahan, akibatnya aku ketinggalan bis pertama.

Aku pun menunggu bis kedua, tiba-tiba ada yang mengagetkan aku dari belakang, ”Hay Fira............,” teryata dia sahabatku Yuwi, aku tak heran kenapa dia juga ketinggalan bis, itu karna dia selalu telat bangun.
Sampai disekolah kami sudah telat 10 menit, sebagai hukumannya kami berdua ditugaskan untuk membersihkan kebun binatang alias “gudang”. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi kami berdua.

***

Sepulang sekolah aku dan Yuwi tidak langsung pulang, kami sepakat untuk duduk-duduk di taman yang letaknya tidak jauh dari sekolah kami. Kemudian aku bercerita banyak tentang mimpiku ke Yuwi. Tapi sahabatku itu hanya mengangguk-aguk sambil mengunyah keripik yang ia ambil tadi pagi dari warung ibunya. Sesekali ia berkata “Terus fira apa lagi?” aku pun hanya memakluminya saja, sebab sahabatku yang satu ini memang radak tomboi dan cuek tapi hatinya sangat baik.

Karna hari sudah sore, kamin pun beranjak pulang. Di sepanjang jalan kami tak banyak bicara, aku lebih banyak memikirkan tentang mimpiku itu. Deeretan pagar putih sudah mulai tampak, hanya tinggal beberapa langkah lagi aku sampai rumah. 

Rumahku cukup besar, dengan sebuah taman yang penuh dengan mawar, aku dan ibuku emang suka berkebun. Akhirnya aku sampai di depan pintu pagar yang kokoh, “Aku duluan ya wi, kataku sambil menyunggingkan senyuman. “ Ya fir, sampai jumpa hari senin ya,” jawabnya dengan senyum.

***

Walau pun hari ini hari minggu tapi aku tetap bangun pagi-pagi, karna perut ku lapar, aku pun keluar untuk membeli buram alias “bubur ayam” yang bermarkas ditaman komplek. Setelah membeli sebugkus buram aku bergegas pulang untuk cepat-cepat menyantapnya, dari kejauhan aku melihat seseorang sedang mengendarai sepeda dan semakin dekat, tiba-tiba.................brrrukkk, aku jatuh tak berdaya tertimpa sepeda. Seseorang langsung menolongku, ternyata orang tersebut adalah pengendara sepeda itu, aku ingin marah tapi setelah melihat wajahnya aku kehilangan konsentrasi. Dia adalah pria yang menarik, tapi lamunanku hilang ketika pria itu bertanya keadaanku, ”Hey nona kau tidak kenap-kenapa?”. Dengan kesal aku menjawab, “Menurut anda apa aku keliatan baik-baik saja”. 

“Tapi kelihatannya nona baik-baik saja,” ia tersenyum manis padaku. Tapi aku bukan orang yang mudah terpengaruh. “Aku memang baik-baik saja tapi kau telah menghancurkan sarapan pagi ku,” suaraku sedikit meninggi.
“Aku akan mengganti dengan yang baru,” kata pria itu dengan ramah tanpa berdosa. “Tak perlu laparku sudah hilang,” jawab ku menceemoh. Aku pun melangkah pergi meninggalkan pria itu. “Namaku Rio nama nona siapa?” tanyanya, tapi aku tak menjawab dan terus melangkah pergi.

***

Entah kenapa hari ini aku tidak bermimpi aneh, mungkin mimpiku sedang cuti, aku hanya bisa tertawa dalam hati saja. Aku berangkat kesekolah dengan bis pertama, tapi tetap saja bis itu sudah penuh sesak dengan penumpang. Aku melihat sebuah bangku kosong di belakang, segera aku menduduki kursi itu sebab sekolah ku lumayan jauh bisa-bisa aku bisa mati kaku karna kelamaan berdiri.

Aku tak menyadari ternyata orang yang duduk disampingku adalah orang yang menabrakku kemaren, aku berharap orang itu tidak mengetahuinya atau kalau bisa ia tak usah mengenaliku lagi.
Saat aku sampai tujuan aku langsung cepat-cepat turun dan langsung kabur, tapi perasaan ku mengatakan ada seseorang yang sedang mengikuti aku dari kejauhan. Saat ku berbalik ternyata sudah berdiri pria yang mengaku bernama Rio sedang senyum memandangku, aku sangat kesal melihatnya tapi hilang karna senyumnya yang menawan itu, aku pun kalah, “Apa mau mu mengikuti ku?” aku bertanya dengan tegas.
“Aku mau kau mengabulkan tiga permintaanku!!!” pria itu berkata sambil tersenyum manja. Aku pun tertawa, “Kau kira kau siapa?”.

“Kalau nona tidak mau, aku akan senantiasa datang dalam mimpimu” kata pria itu. Aku terkejut mendengar perkataannya, mukaku pucat dibuatnya. Daraku mendidih ingin rasanya ku meledak tapi tiba-tiba ku teringat mimpi ku, aku resah dibuatnya dan terpaksa kusanggupi permintaannya.
Dengan curiga ku mencoba bertanya, “Apa permintaanmu?”. Yang pertama, “Aku ingin tau siapa nama kamu?”.

Dengan ragu ku menjawab, “Panggil aku Fira”. “Dan aku Rio, jangan salah memanggil atau pun lupa” pria itu berkata sambil berjalan menjauh. Aku binggung, apa yang sebenarnya pria itu inginkan dariku. Aku takut dan beranjak pergi sekolah.

***

Pulang sekolah aku curhat kepada Yuwi tentang kejadian tadi pagi, sebenarnya aku ingin bercerita sewaktu istirahat tapi karena Yuwi ada tugas negara alias hukuman guru piket, jadi mesti aku tunda curhatnya.
“Kamu kenapa ra?” tanya yuwi, aku pun menjawab dengan muka sedih sesedih-sedihnya, “Aku kena kutukan wi”.

“Maksudmu apa? aku tak mengerti, lagian zaman sekarang mana ada yang namanya kutukan, yang ada cih malah makanan enak, heheheee”.
“Adu yuwiiiiii, kamu ini taunya makan aja. Kamu ingat nggak aku pernah cerita tentang mimpiku yang seram itu”.

“Iya aku inggat, di dalam mimpi itu kamu ketemu dijodohkan sama kedua orang tua kamu kan, tapi yang sangat disayangkan adalah cowok yang dijodohkan ke kamu itu sangat menyebalkan, bahkan sangat memalukan, benar kan”, dengan bangga yuwi menceritakan ingatannya itu kepada ku.
“Itu dia kutukannya wi, beberapa hari ini aku bertemu dengan cowok yang super nyebelin banget, jangan-jangan dia cowok yang dalam mimpiku. Aku harus bagaimana dong?” dengan memelas aku meminta pertolongan.

“Aku harus lihat dulu orangnya gimana, baru aku bisa bantu, kalau cowoknya ganteng ya nggak pa kan. Ya da ntar kita bicarain lagi, aku mesti cepat pulang ni, beberapa hari ini ibuku sering ngamuk-ngamuk kayak macan kalau aku telat pulang”. Yuwi pun beranjak pulang.

***

Dari pulang sekolah tadi kerjaku hanya uring-uringan, bolak-balik dari kamar ke dapur. Maklumlah kalau aku lagi kesal aku mulai melaksanakan kebiasaanku, makan dua kali lipat dari biasanya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.

Tok...tok...tok, “Fira... buka pintunya bunda mau bicara”.
“Ya bunda, sebentar,” aku pun segera membuka pintu. Ada apa bunda kok tumben hari ini serius kali?” kalau serius-serius kali ntar cepat tua lo. Sifat isengku mulai kambuh, haha
“Kamu ni, ngeledek bunda aja. Bunda Cuma mo bilang nanti malam di rumah kita bakal kedatangan tamu, mereka teman bunda dan ayah sewaktu kita tinggal di Bandung. Jadi nanti malam kamu harus sopan jangan keluarin sikap kamu yang aneh itu ya”.
“Bunda kejam ya, anak semanis dan seimut ini dibilang aneh. Fira janji deh, nggak bakal bersikap aneh-aneh biar bundaku senang”. Dengan sombong aku tersenyum.
“Ya uda nanti kamu jangan lupa dandan yang cantik ya, bunda mau bantu bibi masak dulu”. 

Nggak terasa malam pun tiba, seperti permintaan bundaku, aku harus bersikap manis. Padahal aku kan emang sudah manis, aku sedikit narsis. Aku pun segera turun ke bawah, ingin menyambut tamu ayah dan bunda. 

Mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis, murah senyum dan baik hati. Kemudian muncul sesosok pria yang tak asing untukku, tapi kali ini dia kelihatan lebih cool, bahkan aku tak mengenalinya kalau tak melihatnya dari dekat. Untuk apa dia kesini dan bagaimana caranya dia bisa ada di sini. Sangat aneh untuk dibayangkan, tapi kenapa perasaanku senang dia ada disini.

Nggak tau kenapa tiba-tiba aku tersenyum menyambutnya, ternyata dimana-mana cowok itu memang sangat menyebalkan. Banyangkan aja jangankan mendapat balasan senyum, dia nggak melirikku sedikitpun, apa sih maunya cowok itu, sungguh sangat menyebalkan.

Karena waktu mepet kami langsung menuju meja makan, yang lebih buat aku kesal lagi, ayah dan bunda sangat memuji si coro (ejekanku untuk Rio) di depanku. Dia ganteng lah, pintar lah, baik hati lah, sebellllllllllllll.
“Wah.... Rio suka kentang ya, beda banget sama Fira. Fira sama sekali nggak pernah makan makanan apapun yang terbuat dari kentang, padahal tante kan sudah capek-capek buatnya”.

“Gitu ya tante, sayang lah padahal makanan ini kan sangat enak”, Rio berkata sambil memanas-manasin fira. Telinga ku sangat panas mendengar kata-kata si coro. Aku menjawab dengan ragu, “siapa bilang fira nggak suka kentang, ni Fira makan”.

Dengan terpaksa aku pun makan kentang buatan bunda, aku nggak mikirin apa yang akan terjadi, padahal aku kan sangat alergi makan kentang, emang aku nggak pernah cerita sama siapa-siapa tentang ini. Tapi setidaknya sampai detik ini aku masih sehat-sehat saja.

Kami pun selesai makan malam, ayah dan om Farid mengobrol diruang tamu sedangkan bunda dan tante Rida membereskan meja makan. Hanya aku dan Rio yang masih duduk manis di ruang makan. Aku sedikit pusing, mungkin reaksi dari kentang sudah bekerja. Tiba-tiba pandanganku memudar, bruukkkkk........


Bersambung.....

       
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Selamat Datang

Translate

Pengunjung

Wikipedia

Hasil penelusuran

Entri Populer

Followers